Menteri Mukhtarudin Tegaskan Peningkatan Kualitas dan Pemberdayaan Pekerja Migran Jadi Fokus Utama KemenP2MI

Kategori:

Dipublikasi oleh:


Jakarta | mukhtarudin.com – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menegaskan bahwa peningkatan kualitas dan pemberdayaan pekerja migran menjadi fokus utama kementeriannya, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar tenaga kerja Indonesia memiliki daya saing global melalui pendidikan dan pelatihan vokasi.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Mukhtarudin dalam acara “Satu Tahun Berdaya, Gotong Royong, Menuju Kemandirian” yang digelar oleh Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) di Ballroom Aryanusa, Menara Danareksa, Jakarta Pusat, Selasa (28/10/2025).

“Arahan Presiden kepada kami jelas, bahwa perlindungan pekerja migran harus disertai peningkatan kualitas dan kapasitas mereka. Karena itu, kami mulai menggeser dari tenaga kerja berkeahlian rendah ke tenaga kerja berkeahlian menengah dan tinggi (medium-high skill),” ujar Mukhtarudin.

Kolaborasi Vokasi dan Link and Match Penempatan

Untuk menjawab tantangan peningkatan daya saing, Kementerian P2MI memperkuat kolaborasi lintas kementerian dan lembaga dalam pengembangan pendidikan serta pelatihan vokasi. Saat ini, terdapat 12 kementerian dan 37.000 lembaga vokasi di tingkat pusat dan daerah yang terlibat dalam program peningkatan kompetensi calon pekerja migran.

Mukhtarudin menjelaskan, pihaknya telah menandatangani sejumlah kerja sama dengan kementerian yang memiliki lembaga vokasi, seperti Kementerian Perindustrian, khususnya dalam bidang pelatihan welder dan hospitality, sebagai langkah cepat memenuhi kebutuhan pasar kerja luar negeri.

“Kami memastikan adanya link and match antara pelatihan, sertifikasi, dan penempatan. Yang dilatih apa, kompetensinya apa, ditempatkan di mana — semua harus nyambung,” tegasnya.

Selain itu, Kementerian P2MI juga memperluas kerja sama penempatan tenaga kerja dengan berbagai negara seperti Kanada, Qatar, dan Jepang, serta menjajaki kerja sama baru dengan Jerman, Kroasia, Hungaria, Turkiye, dan negara-negara Eropa Timur.

Penguatan Ekosistem Migran Melalui Kampus dan Desa Migran

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Kementerian P2MI membentuk Migran Center di berbagai perguruan tinggi. Hingga saat ini, sudah ada enam kampus yang memiliki pusat layanan tersebut.

Menurut Mukhtarudin, Migran Center berfungsi sebagai one stop service yang mencakup perekrutan, pendidikan, pelatihan, hingga pendampingan bagi pekerja migran yang akan berangkat maupun pulang ke tanah air.

Selain itu, KemenP2MI juga meluncurkan program Kelas Migran di Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Bengkulu, dengan fokus pada peningkatan kemampuan bahasa dan keterampilan teknis calon pekerja migran.

“Kami juga sudah bekerja sama dengan Kementerian Sosial agar isu pekerja migran masuk dalam kurikulum pendidikan, mulai dari tingkat SD hingga SMA,” tutur Mukhtarudin.

Desa Migran Emas dan Perlindungan dari Hulu

Untuk memperkuat edukasi dan mencegah pekerja migran nonprosedural, KemenP2MI mengembangkan program Desa Migran Emas di enam provinsi yang mencakup 70 desa di 17 kabupaten/kota. Program ini menjadi pusat edukasi, sosialisasi, dan pengawasan agar calon pekerja migran memahami prosedur resmi dan terhindar dari tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

“Kita ingin memastikan migrasi yang aman dan bermartabat. Edukasi harus dimulai dari desa, karena di situlah awal semua proses migrasi dimulai,” tegasnya.

Pemberdayaan Purna Migran dan Penguatan UMKM

Selain fokus pada perlindungan dan peningkatan kualitas, KemenP2MI juga memperhatikan pemberdayaan purna pekerja migran. Mukhtarudin menyebut kementeriannya telah bekerja sama dengan Kementerian UMKM untuk membantu mantan pekerja migran membangun usaha mikro, serta dengan Kementerian Perdagangan bagi mereka yang ingin mengembangkan usaha ekspor.

“Bagi yang ingin kembali bekerja di sektor industri dalam negeri, kami arahkan ke perusahaan asing di Indonesia seperti Jepang dan Korea. Pemberdayaan ini punya siklus — mulai dari pelatihan, bekerja, kembali, hingga berdaya secara ekonomi,” jelasnya.

Capaian Penempatan dan Arah ke Depan

Hingga saat ini, Kementerian P2MI telah menempatkan lebih dari 276.000 pekerja migran Indonesia di berbagai negara, dengan mayoritas penempatan di Hong Kong, Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Singapura.

Mukhtarudin menegaskan, seluruh program tersebut merupakan bagian dari grand design pemberdayaan pekerja migran Indonesia, yang mencakup peningkatan kapasitas, perlindungan menyeluruh, dan pemberdayaan ekonomi setelah kembali ke tanah air.

“Kita ingin menciptakan sistem yang terintegrasi dari hulu, tengah, hingga hilir. Pekerja migran harus terlindungi, berdaya, dan memiliki masa depan yang jelas,” pungkas Menteri P2MI Mukhtarudin.